Ohoy,
ketemu lagi My Diona lover! Wuikikikk. Ciluk ba! Kali ini gue akan cerita
pengalaman gue waktu baru anget-angetnya kuliah. Teko kale dijerang anget gitu.
Hihihi!
Oke well, gue
kenalin sama dedengkot gue waktu itu: Yani, Linda, Rara (sekarang mereka sama
sekali nggak diketahui rimbanya, hiks hiks). Rara masih di kampus. Linda pindah
ke UMS. Yani adem-adem aja. Lagi dikipasin kale yak. Hohohh.
Awal
tahun pelajaran baru emang lagi semangat-semangatnya masuk kuliah. Gue ngerasa keren.
Gue udah mahasiswi man! Udah gede. Udah bisa jalan bareng sendiri. Diantara lo
pasti juga pernah ngarasain apa yang gue alamin. Dikasih kepercayaan full.
Ngatur ini itu sendiri. Sampe dikasih kunci mobil, mungkin ? (bagi yang
bapaknya sopir angkot, hehe). Tapi hal yang paling berkesan saat pergi main
sama temen-temen. Kita ngerasa punya tempat. Punya kehidupan lain (asal bukan
alam ghaib), ya emang sih di SMA dulu juga gitu. Tapi agak tengsin kan kalo jalan masih
pake seragam. Nggak elit banget. Terkesan masih anak mami. Nah ini, wuih.. pake
jas almamater dab! Bangga tenan!
Kita masuk pagi. Istirahat. Ada kuliah lagi, jam-nya
Pak Tri sebelas siang nanti. Waktu jeda memang kesempatan yang harus
dimanfaatin baik-baik. Apalagi oleh gue sama Yani. Yang kami tahu, awal-awal
tahun ajaran baru begini bikin kita semangat masuk kuliah. Yang kami nggak
tahu, ternyata perihal semangat tetep nggak berlaku buat ngerjain tugas dosen!
Yah, kami (sengaja) kelupaan nggak buat tugas dari Pak Tri. Deadline hari ini!
Celingak-celinguk, barangkali ada yang baik hati mau bantu ngerjain.
“ Yani, gue pinjem catatan donk “,
sambil bergaya sok cool gue berniat ngerjain tuh tugas sendiri. Selama gue
bisa, kenapa nggak. Hiiiaaa. Mungkin gue barusan minum suplemen combantrin.
“ Gimana sih, lo. Gue kan jarang masuk.
Catatan lo kemana ? “
Yani malah balik tanya. Gue diem.
Nggak niat jawab. Karena gue tahu betul, isi binder gue nggak ada yang jelas.
Penuh corat-coretan, keisengan gue nggambar wajah Pak Tri kalo lagi nerangin materi
kuliah. Hmm. Payah. Gue nyerah. Keputusan gue adalah : Nyari pinjem teman
ajalah!
Sebenarnya Pak Tri enak kalo lagi
ngajar. Orangnya lucu. Tapi sayang, mata kuliahnya nggak selucu dosennya!
Manajemen Perusahaan Industri Penerbang seakan ngebuat karir gue sebagai
mahasiswi dipertaruhkan! KIAMAT!! Gue nggak pernah nyangka jika di jurusan ini
bakal nemu pelajaran pake hitung-hitungan segala. Padahal lulus dari SMA gue
udah girang say goodbye sama matematika, fisika, kimia! Waaaa… sekarang jumpa
lagi. Walaupun pake istilah-istilah lain yang gue sendiri nggak ngerti. MTOW,
DOW, ZTOW, WCW (lho? Lho? Ada
itu juga ? hehe). Ngurusin berat pesawat, jumlah penumpang, berapa bahan bakar,
de el el. Aaarrgh…!! otak gue rasanya mo meledak.
Maka dari itulah gue sepakat sama
Yani mau ngebujuk Rara plus Linda biar boleh pinjam tugasnya. Masang muka melas
ternyata nggak berhasil juga. Yang ada gue sama Yani malah mirip orang yang
lagi nahan boker. Sungguh menyedihkan. Bahkan diperumpamaan sendiri, gue nggak
keren banget! Alhasil kita ngajak Rara sama Linda jalan-jalan ke Grandmall.
Dengan begini konsentrasi mereka pecah, dan kita bisa minjem dengan tenang
(alias nglariin binder mereka).
“ Ra, pinjem tugasnya Pak Tri dong “
Kata Yani. Rara sama Linda masih asyik lihat-lihat.
“ Ra, pinjem ya, tugasnya “ Tambah
Yani. Mereka masih sibuk.
“ Ra, pinjem catatan Manajemen PIP
ya “ gue gantian ngomong. Hebat. Rara tersihir. Dia ngluarin bindernya dari
dalam tas. Rara nggak nyadar kalo pinjem catatan sama aja mau lihat jawaban
tugasnya! Wkwkwke. Yes. Gue berhasil dab!
“ Hahaha, akhirnya dapet juga. Kita
ngerjain dimana nih ? sebelum si Rara sama Linda sadar. “
“ Suruh mereka jalan duluan. Kita kerjain
di foodcourt aja gimana ? “
“ Oke-oke…”. Gue sama Yani
bisik-bisik girang. Tercium aroma kejahatan pemirsa! Mwahaha!
Kayaknya emang Si Rara sama Linda
sedang konsen liat-liat. Gue cuma ngalihin perhatian mereka, dari kata pinjem
tugas jadi pinjem catatan. Dari nama Pak Tri jadi Manajemen PIP. Yang penting
gue sama Yani udah megang binder si Rara sekarang!wkwkwka.
“ Ra, kita tunggu di foodcourt aja
ya. Lo sama Linda puasin dulu liat-liat. Ntar kalo mau pulang samperin kita
disana “ kata gue. Rara sama Linda setuju. Yani lebih setuju. Soalnya dia satu
misi sama gue. Hehe.
“ Kita pake lift aja yuk “ ajak
salah satu dari kita. Gue kurang merhatiin suara siapa. Gue nurut aja karena
kaki gue juga mulai lecet. Pake high hills selalu buat gue tersiksa. Sandal
jepit emang yang paling T.O.P deh!
Jujur aja, seumur-umur gue nggak
suka naik lift. Seribu bayangan ngeri always bikin gue parno sendiri. Yang lift
jatuh lah, kabelnya putus lah. Yang kejebak didalamnya lah. Yang ditemui setan
lah (kayak di film horror-horror gitu). Gue pokoknya nggak suka! Atas dasar
nggak suka itulah, gue, ehm, gue nggak tau caranya naik lift! Huaaaa……!!!!
Gue nurut langsung masuk aja. Yang
lain juga begitu. Kita naik dari lantai dua. Mau ke lantai atas. Diruangan
mirip kulkas besi ini dihuni beberapa orang.
“ Yan, emang lo bisa naik lift ? “
gue bisikin Yani.
“ Gue juga nggak tahu nih, gue kira
lo tau ? “
“ Ah, gila lo. Mana mungkin gue
berani. Dari kecil gue phobia naik lift “
“ Terus gimana donk ?! “
“ Tanya Linda sana “. Gue nyuruh Yani tanya ke Linda yang
kebetulan disebelahnya. Wajah Yani mendadak pucat.
“ Dia nggak yakin, Yan! “
Gue
hampir sekarat. Sepertinya ketakutan gue akan jadi kenyataan! Ya Tuhan, gimana
kalo koran-koran ibukota besok pasang berita : ‘Telah ditemukan empat mahasiswi
tewas karena tidak bisa menggunakan lift, sodara-sodara!’, duh keliatan nggak
elit banget.
Lift berhenti. Satu dua orang
keluar. Tinggal kami berempat dan seorang cowok dengan pakaian drill warna
putih biru. Ting. Tombol menyala. Grek. Lift berhenti lagi. Sepertinya udah
sampe. Si cowok tadi keluar pertama kalinya. Linda, gue, sama Yani ngikut dari
belakang. Si Rara yang semula masih diem didalam, ikut keluar juga. Satu
kesalahan yang kami buat saat itu adalah, lupa tanya ke Rara apa dia tahu
caranya naik lift apa nggak. Hmm. Tapi setelah ngerasa aman seperti ini gue
hampir sujud syukur. Gue selamat! Gue selamat! Gue nggak jadi mati
sodara-sodara! terharu. Tapi begitu kami keluar,
“ Astaga….!!!!!!!!! “ kontan kami
serempak terpana! Kami mungkin emang nggak jadi mati sodara-sodara, tapi,
omegod! Dodolnya nggak ketulungan! Kami kembali ke lantai dasar!! Aaaaarghhhh…!!!!
Tuhan, apa salah kami ????? apa ???????. Kita bengong.
Ternyata orang yang kita ikuti
keluar tadi cleaning service yang mau balikin pel di basement! Sungguh bikin
tengsin. Muka kita merah. Malu. Konyol. Orang-orang disekitar basement mungkin
langsung mikir mau manggil mobil pengangkut pasien sakit jiwa. Secara kita
berempat ketawa nggak berhenti-henti! Hmm, tragis! Meratapi kebodohan kami!
“ Kalian sih langsung main keluar
aja “ Dongkol Rara.
“ Habisnya kirain udah nyampai ya
kita keluar “
“ Sampai gimana, udah jelas-jelas
angka liftnya ke lantai dasar “
“ Emangnya kamu tahu caranya naik
lift, Ra ? “
Pertanyaan
yang terlambat ditanyakan. Dan nggak bonafit untuk tiga cewek yang udah jadi
mahasiswi. Hiks, sungguh memalukan. Rasanya gue pingin pakai seragam TK lagi
deh. Biar aman dari tuduhan dodol ini.
“ Ya tahu lah! “
“ Kok lo nggak ngelarang kami keluar
sih tadi ? “
“ Gimana mo dilarang, kalian aja
langsung main selonong aja! “
Bagus. Kami bertiga melongo. Gue,
Yani, sama Linda cuma masang muka pasrah diomelin.
Akhirnya kita balik ke lantai demi
lantai ke atas. Gue juga harus pasrah saat kaki gue makin lecet karena jalan
naik tangga. Maklum eskalatornya yang satu belum nyala karena waktu emang masih
agak pagi. Jam setengah sepuluhan. Ke lantai paling atas kita naik lift lagi
atas komando Rara. Kali ini sukses sodara-sodara! Tapi sampai di foodcourt gue
harus lebih pasrah saat mau ngerjain tugas sama Yani, saat kita tahu, soal tugas
kelompok gue sama punya Rara dan Linda ternyata, BEDA…..!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar